WahanaNews-Banten | Komando Resort Militer ( Danrem ) 064/Maulana Yusuf Banten mencanangkan pembangunan sebanyak 1.000 sumur bor untuk mengatasi angka prevalensi stunting di daerah ini agar masyarakat terpenuhi ketersediaan pasokan air bersih.
"Faktor penyebab stunting itu penyumbangnya masyarakat kesulitan untuk mendapatkan pasokan air bersih, " kata Komandan Korem 064/MY Banten Brigjen Tatang Subarna di Lebak, Kamis.
Baca Juga:
Pemerintah Kota Semarang Raih Penghargaan Terbaik I Penanganan Stunting di Jawa Tengah
Pencanangan pembangunan 1.000 sumur bor itu direalisasikan dalam waktu dekat ini sehingga 60 persen masyarakat Banten dapat terpenuhi kebutuhan pasokan air bersih.
Selain itu juga Korem 064 MY Banten akan membangun embung untuk menampung air hujan dan dapat dimanfaatkan oleh masyarakat setempat.
"Progres pembangunan infrastruktur sarana air bersih itu nantinya setiap saat dilaporkan, termasuk disampaikan ke media agar masyarakat mengetahuinya," katanya.
Baca Juga:
Bele Mo'o Sehati: Strategi Dinkes Gorontalo Tangani Stunting dengan One Stop Service
Ia mengatakan, pembangunan infrastruktur air bersih tersebut diharapkan masyarakat Banten tidak ada lagi mengkonsumsi air tidak layak minum. Penyebab anak-anak stunting itu, karena masyarakat mengkonsumsi air tidak layak minum, seperti air kolam dan air sungai.
Dengan demikian, pembangunan sumur bor dan embung itu dapat memenuhi ketersediaan pasokan air bersih untuk konsumsi masyarakat Banten.
"Jika masyarakat terpenuhi pasokan air bersih dipastikan kasus stunting itu menurun,"katanya menegaskan.
Menurut dia, Korem 064 MY/Banten memiliki tanggung jawab dan bagaimana mengatasi kasus stunting di daerah ini untuk mempersiapkan ke depan generasi bangsa yang unggul dan bisa bersaing di kancah internasional.
Sebab, dampak penderita anak stunting itu memiliki otak yang mengalami keterlambatan berpikir dan di usia dewasa mudah terserang penyakit darah tinggi hingga diabetes melitus.
Karena itu, dirinya sebagai bapak anak asuh stunting di lingkungan Korem 064 MY Banten berkolaborasi dengan seluruh Forum Komunikasi Pimpinan Daerah ( Forkopimda) dan seluruh masyarakat.
"Kami optimistis dengan berkolaborasi seluruh Forkopimda dan seluruh masyarakat dipastikan angka prevalensi stunting di Banten menurun 5 persen," katanya.
Sementara itu, Kepala Bidang Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana pada DP2KBP3A Kabupaten Lebak, Tuti Nurasiah mengatakan minimnya sarana air bersih dan jamban di daerah itu dapat menimbulkan kasus stunting.
Masyarakat Kabupaten Lebak masih tinggi mengkonsumsi air tak layak, karena tidak tersedia pasokan air bersih.
"Kami berharap pemenuhan sarana air bersih dan jamban harus tersedia pada keluarga agar tidak ada kasus stunting," katanya.[ss]