WahanaNews-Tanjunglesung | Sajen atau sesajen merupakan salah satu bentuk komunikasi yang dilakukan nenek moyang terdahulu dengan Sang Pencipta.
Hal serupa disampaikan oleh Dosen Antropologi Universitas Gadjah Mada, PM Laksono. Menurutnya, sesaji adalah media komunikasi antara manusia yang hidup di dunia dengan Sang Pencipta, kekuatan yang tidak bisa dilihat secara langsung.
Baca Juga:
Pukul Mundur Ukraina, Rusia Kuasai Kembali Empat Wilayah Kursk
Ia menerangkan, pada zaman dahulu, manusia berkomunikasi seperti biasa dengan pihak yang tidak terlihat. Hanya saja mereka akan berpikir keras, apa yang sekiranya berkenan dengan kekuatan sakral tersebut.
Lalu terpikirlah untuk menggunakan media bau-bauan yang ada tapi tidak terlihat, seperti asap kemenyan, wewangian tertentu, hingga jenis pengharum lainnya.
Wewangian ini pun tidak sebatas aroma yang digemari saja, namun ada pula wewangian yang dianggap mengganggu oleh si penerima pesan.
Baca Juga:
Sekelompok Remaja di Bekasi Diamankan, Diduga Hendak Perang Sarung
"Bau bisa menjadi media komunikasi, sekaligus mengenalkan sesuatu kepada yang diajak bicara," jelas Laksono, Senin (10/1/2022).
Di sisi lain, media komunikasi ini memerlukan serangkaian unsur agar membentuk satu kesatuan pesan yang dapat dipahami oleh penerima pesan tersebut.
Maka dari itu, dalam sajen yang menjadi media komunikasi, ada beragam komponen penyusun. Tempat pengemasannya, atau isi sajian, punya arti dan tujuan masing-masing sesuai maksud pemilik sajen.
"Sesajen itu kan simbol, sifatnya metaforis, simbol atas niat orang menyampaikan sesuatu, memediasikan pengalaman hidupnya, baik penderitaan yang sedang dialami, kemalangan ataupun sukacita dan harapan," kata Laksono.
Lebih lanjut, orang akan merangkai berbagai unsur sajen tersebut untuk disampaikan dalam sebuah ritual yang kemudian diletakkan di lokasi yang mereka anggap sakral, sebagai tempat berkaryanya Sang Ilahi.
"Bagi orang Indonesia, cara menyembah Tuhan itu kan dasar sekali, menyembah-Nya dengan cara yang begitu kompleks dan artistik, berbeda-beda dari satu suku dan suku lain, kita sangat bervariasi," tuturnya.
Oleh karena itu, lewat sesajen disampaikanlah pesan tersebut kepada dunia yang tidak dipahami oleh manusia. [rda]