WahanaNews-Tanjunglesung | Selama beberapa dekade, monosodium glutamat (MSG) aliat vetsin atau micin jadi salah satu bahan penyedap rasa yang populer di dunia.
Meski demikian, MSG juga sering dihindari banyak orang karena berbagai mitos yang penuh kontroversi.
MSG merupakan penyedap yang berasal dari bahan alami seperti, rumput laut, tapioka, dan juga fermentasi tebu.
Baca Juga:
PLN Icon Plus Hadirkan ICONNEXT, Pameran Futuristik Terbesar di Indonesia
Mengutip laman Eat This Not That, 4 dari 10 orang Amerika dilaporkan secara aktif menghindari MSG pada 2018. Namun, semakin banyak ahli nutrisi yang melawan stigma buruk seputar MSG. Banyak yang mengatakan bahwa reputasi buruk tentang micin didasari rasisme anti-Asia.Berikut ini beberapa fakta mengejutkan tentang MSG yang perlu Anda ketahui:
1. Sejarah reputasi buruk MSG
Baca Juga:
Dinilai ‘Black Campaign’, Kuasa Hukum Heri-Sholihin Laporkan IL ke Mabes Polri
Micin memiliki reputasi buruk karena sindrom restoran China yang muncul pertama kali di Amerika Serikat. Sebuah surat tentang 'sindrom restoran Cina' yang diterbitkan dalam New England Journal of Medicine pada tahun 1968, memicu kekhawatiran tentang konsumsi MSG.
Sindrom ini pertama kali dikemukakan oleh Robert Ho Man Kwok. Ia melaporkan merasa mati rasa di bagian belakang lehernya dan berbagai kelemahan umum setelah makan di restoran China di Amerika Serikat. Dalam hal ini ia menyebut kemungkinan penyebabnya adalah MSG yang ditambahkan dalam makanan. Dia juga menulis bahwa kemungkinan penyebabnya adalah MSG yang ditambahkan ke makanan.
Semenjak itu, para ilmuwan meneliti gejala yang diduga terkait dengan tambahan MSG dalam makanan, seperti sakit kepala, berkeringat, mual dan nyeri dada. Sebuah studi tahun 1969 pada tikus menemukan bahwa tikus yang diberi MSG dalam jumlah tinggi mengembangkan lesi otak, obesitas, dan gangguan endokrin. Studi lebih lanjut membuat klaim bahwa MSG dapat menyebabkan masalah pada jantung dan hati, serta perubahan perilaku dan bahkan tumor.