WahanaNews - Tanjunglesung | Pihak berwenang di Gaza telah memerintahkan agar balok-balok beton raksasa diletakkan di sepanjang garis pantai untuk mengatasi erosi.
Penempatan balok tersebut bertujuan untuk melawan gelombang yang semakin kuat, yang telah menggerogoti fondasi beberapa kafe dan bangunan di tepi laut.
Baca Juga:
BMKG Prediksi Wilayah Banten Potensi Cuaca Ekstrem Sepekan Kedepan
Namun para pejabat, penduduk di daerah pantai dan para ahli khawatir barikade beton mungkin tidak mampu menahan badai musim dingin. Gelombang tinggi dapat menyebabkan runtuhnya jalan di sekitar tepi pantai dan dapat menghancurkan rumah.
Seorang pejabat di Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan yang di bawah Hamas yang berkuasa di Gaza, Nasser Thabit mengatakan, tinggi gelombang laut tahun lalu mencapai hingga 6 meter. Tingginya gelombang laut disebabkan karena dampak perubahan iklim, dan mulai mengikis tepi jalan.
"Ada beberapa daerah rawan di Jalur Gaza yang akan terkena dampak langsung dari naiknya air laut. Dikhawatirkan, jika gelombang semakin tinggi dapat menyebabkan bencana, dan menenggelamkan banyak daerah pemukiman," ujar Thabit.
Baca Juga:
Gempa M 5,5 di Banten Terasa Hingga Sukabumi
Thabit mengatakan, intervensi jangka panjang yang tepat yaitu memasang pemecah gelombang vertikal dan dinding penahan di sepanjang pantai atau setidaknya di bagian pantai yang paling berisiko. Pemasangan pemecah gelombang dapat menelan biaya sekitar 150 juta dolar AS. Thabit telah meminta bantuan dari donor internasional.
Gaza adalah salah satu daerah terpadat di dunia, dengan populasi 2,3 juta orang Palestina. Sebagian besar dari mereka tinggal di kamp-kamp pengungsi, beberapa kamp menghadap ke laut.
Penduduk kamp pengungsi yang menghadap laut di Kota Gaza, selama beberapa tahun terakhir telah menyaksikan naiknya air laut yang mengikis pantai. Mereka menempatkan lemari es yang rusak, ban besar, dan batu bata ke tepi pantai untuk menahan gelombang laut namun tidak berhasil.
“Kamp pengungsi tidak memiliki pantai, tidak ada tempat untuk orang duduk, oleh karena itu, orang terpaksa membayar untuk pergi ke utara atau (selatan),” kata seorang guru sejarah, yang tinggal di kamp berbatasan dengan laut, Abdel-Karim Zaqout.
Dengan perbatasan darat Gaza yang dikontrol ketat oleh Israel dan Mesir, tepi laut adalah sumber daya berharga bagi orang-orang yang ingin melepaskan diri dari tekanan sehari-hari. Di Jalur Gaza Tengah, Radwan Al-Shantaf, dari Kota Al-Zahra, mengatakan, pihak berwenang telah menggunakan sejumlah besar puing-puing rumah yang hancur dalam pemboman Israel pada Mei 2021 untuk membarikade pantai.
Al-Shantaf mengatakan, gelombang tinggi telah memaksa pemilik bank untuk mengungsi ke gedung yang lebih dekat ke kota. Sementara operator pembangkit listrik membangun dinding beton untuk memperkuat pagar luar.
"Majunya laut mengurangi area pantai dan mengakhiri rekreasi, kafe, dan ruang pengunjung pantai," kata Al-Shantaf.[mga]