WahanaNews-Tanjunglesung | Gunung es raksasa dan terbesar di dunia yang pecah di Semenanjung Antartika pada Juli 2017 lalu, terus mencair dan menghasilkan 150 miliar ton air dalam tiga bulan atau 1 triliun ton air dalam tiga tahun terakhir.
Sebuah studi menganalisis air lelehan gunung es yang dinamakan A68A itu telah mencapai 150 ton hanya dalam waktu tiga bulan. Jumlah air itu bisa mengisi lebih dari 60 juta kolam renang ukuran olimpiade.
Baca Juga:
Pemkab Dairi Siap Dukung Gugus Tugas Polri Sukseskan Ketahanan Pangan
Anne Braakmann-Folgmann, periset di the Centre for Polar Observation and Modelling, menghitung berapa banyak area dan ketebalan gunung es yang hanyut ke utara melalui Laut Weddell Antartika dan ke perairan Laut Scotia yang relatif hangat. Ia menggunakan 5 satelit untuk mengobservasi jumlah lelehan gunung es tersebut.
Anne awalnya memperkirakan gunung es itu akan bertabrakan langsung dengan pulau Georgia Selatan, namun A68a malah meleleh dan melepas lebih dari 152 miliar ton atau 138 miliar metrik ton air tawar hanya dalam tiga bulan.
Ia menuturkan selama tiga bulan antara November 2020 hingga Januari 2021, gunung A68a mencair dengan tingkat yang mencetak rekor hingga kehilangan lebih dari 150 miliar ton (136 metrik ton) es.
Baca Juga:
Polsek Bagan Sinembah Gelar Kegiatan Launching Gugus Tugas Polri dan Ketapang.
"Ini adalah air lelehan dalam jumlah besar, dan hal berikutnya yang ingin kami pelajari adalah apakah itu berdampak positif atau negatif pada ekosistem di sekitar Georgia Selatan," ucap Folgmann, dikutip dari The News Motion,Minggu (23/1).
"Karena A68a mengambil rute yang sama melintasi Lintasan Drake, kami berharap untuk mempelajari lebih lanjut tentang gunung es yang mengambil lintasan serupa dan bagaimana mereka memengaruhi lautan kutub," imbuhnya.
Ketika A68a pecah dari lapisan es Larsen-C di Antartika utara pada Juli 2017, gunung es itu berukuran sekitar 6.000 kilometer persegi atau lima kali ukuran Kota New York.