Ada pula potensi kriya dan kuliner yang ditopang dari hasil alam berupa anyaman bambu, madu, dan gula aren. Selain itu, ada juga barang-barang fesyen, seperti gelang kayu, tas jinjing, dan pakaian kain khas suku badui yang bisa dijadikan oleh-oleh.
"Produk-produk ekonomi kreatif di sini luar biasa. Saya yakin ini adalah sinyal kebangkitan kita pasca-pandemi tapi tentunya protokol kesehatannya harus dipatuhi secara ketat dan disiplin," kata Menparekraf.
Baca Juga:
Kemenparekraf Hadirkan 'Wonderspace by Wonderful Indonedia' di Stasiun MRT Bundaran HI Kenalkan 5 DPSP
Kendati demikian, ia menilai sisi aksesibilitas dari desa wisata ini perlu ditingkatkan.
"Saya sangat terharu karena ini desa pamungkas untuk penutup kunjungan 50 desa wisata dan langsung dieksekusi beberapa kebutuhan dan infrastruktur serta aksesibilitas yang kurang memadai. Untuk meningkatkan wisata dan lapangan kerja," terang Menparekraf.
Sementara itu, Bupati Lebak, Iti Octavia Jayabaya, berharap visitasi Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif tersebut dapat menjadi motivasi bagi masyarakat untuk terus berinovasi, sekaligus meningkatkan penciptaan lapangan kerja, khususnya di bidang ekonomi kreatif.
Baca Juga:
Sandiaga Dorong Pelaku Ekraf Bekasi Maksimalkan Digitalisasi dalam Pemasaran
"Saya kira menjadi motivasi kita semua untuk berikhtiar menjadi lebih baik lagi sehingga sektor pariwisata di Baduy dengan 12 motif batik yang telah (memiliki) HKI (Hak Kekayaan Intelektual) dan dengan branding Lebak Unik ini dapat melestarikan budaya untuk anak cucu kita dan menciptakan lapangan kerja di bidang ekonomi kreatif," jelas Iti.[zbr]