Tanjunglesung.WahanaNews.co | Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten terdapat sebuah masjid berusia satu abad lebih.
Sebagaimana diketahui, Pandeglang merupakan salah satu daerah di Provinsi Banten yang hingga kini terkenal dengan negeri seribu ulama sejuta santri.
Baca Juga:
Tim SAR Cari Nelayan Pandeglang yang Hilang Terseret Ombak di Racecet
Ialah Masjid Adzikri Muruy yang terletak di Kampung Muruy Menes, Kabupaten Pandeglang.
Meski sudah berusia satu abad lebih, hingga kini, masjid tersebut masih berdiri kokoh.
"Masjid itu hanya dua kali pemugaran bagian depan dan ruangan, termasuk toilet pada tahun 2005 dan 2007," ujar Ketua Dewan Kemakmuran Masjid (DKM) Masjid Adzikri Muruy, H Muhammad Ilyas, Sabtu (23/4/2022).
Baca Juga:
Kepengurusan Gekrafs DPC Pandeglang Dikukuhkan untuk Majukan Ekonomi Kreatif
Ia mengungkapkan, Masjid Adzikri Muruy termasuk masjid tertua di Banten. Bahkan, empat tiang kayu penyangga bagian tengah masih masih utuh tanpa keropos.
Masjid Adzikri Muruy sendiri dibangun oleh Syech Asnawi Caringin pada tahun 1890 atau setelah tujuh tahun Gunung Krakatau meletus pada tahun 1883 lampau.
Ilyas menceritakan, saat itu, Kampung Muruy dijadikan tempat lokasi pengungsian bagi warga pesisir pantai barat Provinsi Banten yang terdampak bencana Gunung Krakatau.
Akibat Letusan Gunung Krakatau yang sangat dahsyat pun diketahui memakan korban hingga 36 ribu nyawa warga pesisir meninggal dunia.
Selanjutnya, Syech Asnawi yang merupakan seorang ulama kharismatik Banten turut mengungsi di Kampung Muruy bersama warga lain.
Selama tinggal di lokasi pengungsian, Syech Asnawi membangun masjid hingga menikah dengan penduduk setempat.
"Warga pun hingga saat ini tetap melestarikan keberadaan masjid ini," singkat Ilyas.
Lebih lanjut Ilyas mengisahkan, Masjid Adzikri Muruy juga pernah dimasuki pasukan Belanda pada agresi kedua tahun 1948.
Pasukan Belanda itu mengumpulkan warga dan tokoh setempat di masjid untuk berdialog, namun hanya dihadiri beberapa orang saja.
Beruntung, pasukan Belanda yang dilengkapi senjata tidak melakukan kekerasan hingga penembakan. "Kami mengetahui kejadian itu karena usia sekitar tujuh tahun,” ungkapnya.
Masjid Adzikri Muruy berdiri diatas lahan seluas 400 meter persegi dengan daya tampung 350 orang.
Selama bulan Ramada, banyak orang yang menggelar pengajian atau tadarus AL-Quran, dakwah, salat tarawih dan diskusi keagamaan di masjid tersebut.
Kegiatan agama selama Ramadan di masjid itu pun terbilang cukup penuh sejak buka puasa hingga usai salat Subuh. "Kami dari DKM juga sudah mengagendakan setiap Ramadan menggelar kegiatan keagamaan," singkatnya.
Sementara itu, salah seorang sesepuh Kampung Muruy Pandeglang, Munajat membenarkan jika masjid ini dulunya digunakan tempat ibadah warga pengungsian Gunung Krakatau meletus.
Bahkan, tidak jauh dari masjid terdapat pemakaman warga pengungsian Gunung Krakatau erupsi.
Warga pengungsian yang meninggal di lokasi itu, disebabkan oleh beberapa faktof, diantaranya karena sakit, luka-luka akibat terkena erupsi Gunung Krakatau dan kelaparan.
"Kami melestarikan pemakaman pengungsian Gunung Krakatau itu, karena sudah tidak ada keluarga mereka," pungkasnya.[mga]