WahanaNews-Tanjunglesung | Sajen atau sesajen merupakan salah satu bentuk komunikasi yang dilakukan nenek moyang terdahulu dengan Sang Pencipta.
Hal serupa disampaikan oleh Dosen Antropologi Universitas Gadjah Mada, PM Laksono. Menurutnya, sesaji adalah media komunikasi antara manusia yang hidup di dunia dengan Sang Pencipta, kekuatan yang tidak bisa dilihat secara langsung.
Baca Juga:
Lebaran Idulfitri 1446 H, PLN Jawa Barat Sukses Jaga Pasokan Listrik Andal
Ia menerangkan, pada zaman dahulu, manusia berkomunikasi seperti biasa dengan pihak yang tidak terlihat. Hanya saja mereka akan berpikir keras, apa yang sekiranya berkenan dengan kekuatan sakral tersebut.
Lalu terpikirlah untuk menggunakan media bau-bauan yang ada tapi tidak terlihat, seperti asap kemenyan, wewangian tertentu, hingga jenis pengharum lainnya.
Wewangian ini pun tidak sebatas aroma yang digemari saja, namun ada pula wewangian yang dianggap mengganggu oleh si penerima pesan.
Baca Juga:
Siaga Penuh, PLN Jabar Sukses Jaga Keandalan Listrik di Momen Lebaran Idulfitri 1446 H
"Bau bisa menjadi media komunikasi, sekaligus mengenalkan sesuatu kepada yang diajak bicara," jelas Laksono, Senin (10/1/2022).
Di sisi lain, media komunikasi ini memerlukan serangkaian unsur agar membentuk satu kesatuan pesan yang dapat dipahami oleh penerima pesan tersebut.
Maka dari itu, dalam sajen yang menjadi media komunikasi, ada beragam komponen penyusun. Tempat pengemasannya, atau isi sajian, punya arti dan tujuan masing-masing sesuai maksud pemilik sajen.