WahanaNews - Tanjunglesung | Seorang wanita tewas diserang hiu saat tengah mandi di kawasan wisata pantai Teluk Plettenberg, Cape Barat, Afrika Selatan. Korban bernama Kimon Bisogno (39) mulanya sedang berwisata bersama suami dan anaknya. Tapi, liburannya justru menjadi petaka.
Serangan hiu tersebut menjadi yang kedua sepanjang 2022 di lokasi yang sama. Lembaga Penyelamatan Laut Nasional Afrika Selatan mengatakan, pihaknya disiagakan sebelum pukul 8 pagi waktu setempat dan segera meluncurkan kapal penyelamat dari pantai di daerah Teluk Plettenberg.
Baca Juga:
BMKG Prediksi Wilayah Banten Potensi Cuaca Ekstrem Sepekan Kedepan
Melansir dari CBS News, Jumat (30/9/2022), mayat wanita tersebut ditemukan beberapa menit kemudian.
Korban Kimon Bisogno merupakan pemilik restoran terkenal di Cape Town. Dia juga membantu membuka dapur umum lokal yang menyajikan pasta untuk tunawisma setiap minggunya.
Bisogno datang ke pantai yang berjarak ratusan kilometer dari rumah mereka yang berada di Cape Town, bersama suami dan anaknya yang masih kecil untuk berlibur.
Baca Juga:
Gempa M 5,5 di Banten Terasa Hingga Sukabumi
Dr. Sara Andreotti dari Universitas Stellenbosch telah mempelajari tentang hiu putih selama 15 tahun dan dia mengatakan bahwa dua serangan hiu dalam satu tahun itu sangat jarang terjadi.
“Secara global, umumnya ada enam kematian yang disebabkan oleh hiu sepanjang tahun. Tapi, dua (serangan) dalam satu area hampir tidak pernah terdengar,” katanya pada CBS News.
Pada tahun 2016, sebuah survey dari Universitas Stellenboch menemukan ada sekitar 500 hiu putih besar di sepanjang garis pantai Afrika Selatan.
Berdasarkan banyak faktor, Andreotti memperkirakan jumlah itu akan jauh lebih rendah hari ini.
“Ada 37 pantai di Afrika Selatan yang mempunyai semacam tindakan pencegahan hiu, seperti jaring hiu atau drum line (kail berumpan) yang memastikan jumlahnya semakin berkurang,” katanya.
Pakar hiu percaya bahwa cara terbaik untuk mengurangi serangan hiu di masa depan adalah dengan edukasi, bukan dengan metode berbahaya seperti itu.
Andreotti juga mengatakan bahwa mengajarkan konservasi hiu kepada masyarakat, seperti perubahan musim untuk hiu, waktu berburu, pola cuaca untuk mencari hiu, dapat membekali penduduk setempat dengan pengetahuan untuk mengurangi serangan (hiu) di masa depan.
Kotamadya Bitou, di mana Teluk Plettenurg berada, setuju akan hal tersebut. Pada bulan Mei lalu telah menyetujui penelitian terhadap langkah-langkah edukasi tentang hiu.
Populasi anjing laut Cape Fur, yang merupakan makanan hiu putih, sebagian besar tersebar di pulau-pulau lepas pantai, atau di pantai yang lebih terpencil. Tetapi, para ahli mengatakan Teluk Plettenberg sedikit unik, karena populasi anjing laut di sana yang lebih dekat ke pantai populer.
Para ilmuwan mengatakan beberapa pengetahuan tentang spesies laut lokal dapat membantu kesiapsiagaan masyarakat.
Pada tahun ini, saat belahan bumi bagian selatan mengalami musim semi, anak anjing laut yang lahir saat musim panas lalu, sekarang sudah cukup besar untuk berburu dan menjelajahi lebih jauh sendirian.
Untuk predator, anjing laut muda adalah mangsa yang mudah, menjadikannya waktu ideal untuk berburu.
Hiu biasanya berburu di pagi atau sore hari, tergantung pada visibilitas air dan pola cuaca. Para ilmuwan berharap informasi spesifik lokal seperti ini, serta pengintai hiu, drone, dan tindakan lainnya, dapat membantu mencegah serangan lebih lanjut dan mengurangi ketakutan di pantai.
Teluk Plettenberg merupakan tujuan wisata utama, dan bisnis lokal mengkhawatirkan dampak dari dua serangan hiu baru-baru ini terhadap liburan musim panas yang akan datang. Akibatnya, pantai-pantai di Teluk Plettenberg tetap ditutup.
“Sebagai komunitas global, kami memiliki pemahaman yang jauh lebih dalam tentang langkah-langkah yang sekarang dapat kami ambil untuk mengurangi, sebaik mungkin, serangan di masa depan, yang tidak mengancam populasi hiu atau membuat ekosistem yang sangat rapuh menjadi tidak seimbang,” katanya.[mga]