WahanaNews - Tanjunglesung | Helmy Khaled, perenang amatir berusia 14 tahun, akhirnya dapat menikmati deburan ombak di area pantai khusus bagi penyandang tunanetra di Alexandria, Mesir.
"Saya dulu berenang di laut, tetapi itu sangat sulit bagi saya karena pantai umum biasanya ramai dan tidak dilengkapi dengan penjaga pantai khusus untuk tunanetra atau penyandang disabilitas," ujar Khaled kepada Xinhua di pantai Mandara, dikutip dari GlobalTimes, Rabu (21/7/2022).
Baca Juga:
BMKG Prediksi Wilayah Banten Potensi Cuaca Ekstrem Sepekan Kedepan
Alexandria meresmikan Mandara sebagai pantai umum ramah disabilitas pertama di Mesir yang memungkinkan ribuan penyandang disabilitas, termasuk mereka yang menggunakan kursi roda, mencapai air laut melalui tanjakan.
Juli ini, pemerintah setempat membuka kolam renang di Mandara untuk penyandang tunanetra. Di sepanjang pantai, dilingkari tali di air laut dan dibagi menjadi tiga jalur, yang dapat menampung puluhan orang sekaligus.
Penanda khusus juga digunakan untuk membantu tunanetra berenang dengan aman di air, dengan penjaga pantai mengawasi mereka dengan cermat.
Baca Juga:
Gempa M 5,5 di Banten Terasa Hingga Sukabumi
"Saya merasa aman berenang di sini ... Penjaga pantai selalu ada, dan saya juga memiliki peluit untuk memanggil mereka jika saya butuh bantuan," kata Khaled sambil bergerak bebas di jalur, menambahkan bahwa ia telah datang untuk berenang beberapa kali sejak dibuka. dan merekomendasikannya ke banyak teman tunanetra.
Tarek Jahin, pengawas pantai Mandara, mengatakan kepada Xinhua bahwa semua layanan di dua area renang khusus untuk penyandang disabilitas tidak dikenai biaya dan buka setiap hari.
"Kami masih memiliki lebih banyak rencana untuk merancang dan mengembangkan pantai untuk penyandang disabilitas... Kami ingin mereka menyatu dengan masyarakat dan menikmati hidup seperti orang yang sehat," kata Tarek.
"Saya sangat senang pemerintah memperhatikan kami. Saya berharap pemerintah akan membuka lebih banyak pantai untuk semua penyandang disabilitas di seluruh negeri," kata Khaled.
Abdul-Rahman Khamis, seorang anak tunanetra berusia 10 tahun, baru pertama kali berenang dalam tiga tahun, karena keselamatan penyandang disabilitas di sebagian besar pantai umum tidak dijamin.
"Saya sangat senang bahwa area pantai ini diperuntukkan bagi orang-orang dengan gangguan penglihatan. Itu membuat ayah saya berubah pikiran dan membawa saya ke sini untuk berenang," kata Khamis kepada Xinhua saat ia berenang bersama anak-anak lain, seraya menambahkan bahwa ia akan bertanya kepada ayahnya untuk membawanya ke sana setiap minggu.
"Saya suka laut dan berenang... Saya merasa sangat bebas ketika tubuh saya menyentuh air," tambahnya.
Menurut estimasi Kementerian Kesehatan RI, jumlah tunanetra di Indonesia adalah 1,5 % dari seluruh penduduk.
Dikutip Persatuan Tunanetra Indonesia (Pertuni), jika saat ini penduduk Indonesia berjumlah 250 juta, berarti, sekurang-kurangnya saat ini ada 3,750,000 tunanetra, baik kategori buta maupun lemah penglihatan.
Ini bukan jumlah yang sedikit. Menurut sensus penduduk tahun 2010, jumlah penduduk usia sekolah adalah 40 % dari keseluruhan jumlah penduduk.
Ini berarti, 40 % dari 3,750,000 tunanetra di Indonesia adalah tunanetra usia sekolah 6 – 18 tahun.[mga]