WahanaNews-Banten | Pengusaha Tahu di Kabupaten Lebak, Banten, meminta pemerintah dapat membantu subsidi harga kedelai di pasaran sehingga produksi tetap berjalan.
"Kami bingung harga kedelai hampir naik dua kali lipat, " kata Soleh, seorang pengusaha tahu di Kabupaten Lebak.
Baca Juga:
Wakil Wali Kota Jakarta Barat Apresiasi Pelantikan Pengurus DPC HIPPI
Harga kedelai saat ini menembus Rp570 ribu per 50 kilogram, padahal harga sebelumnya Rp300 ribu.
Kenaikan harga kedelai itu tentu membuat para pengusaha tahu sangat terpukul,terlebih harga minyak goreng juga naik.
"Sebagian besar pengusaha tahu di sini memproduksi tahu goreng,sehingga terpaksa usaha jual rugi bukan jual untung.
Baca Juga:
Kadin Versi Anindya Bakrie, Aktor Raffi Ahmad Diangkat Jadi Waketum
Menurut dia, kenaikan harga kedelai itu dipastikan pengusaha tahu di Kabupaten Lebak terancam gulung tikar.
Para konsumen pastinya keberatan jika harga satuan tahu dinaikkan dengan kemasan sebanyak 10 satuan dijual Rp 10 ribu.
Karena itu, perajin tahu berharap pemerintah segera turun tangan dengan memerintahkan Kementerian Perdagangan untuk memberikan bantuan subsidi kedelai.
Sebab, dulu pernah dilakukan pemerintah dengan memberikan subsidi kepada pengusaha tahu tempe.
"Kami minta harga kedelai kembali normal sehingga dapat membantu ekonomi masyarakat juga menyerap lapangan pekerjaan," katanya menjelaskan.
Ia mengatakan, saat ini, pengusaha tahu Kabupaten Lebak akan melakukan aksi mogok penjualan mulai 21-23 Februari 2022.
Aksi mogok tersebut berdasarkan Surat Keputusan Puskopti DKI Jakarta karena sudah tidak tahan lagi kedelai sebagai bahan baku tahu dan tempe yang setiap hari naik.
"Kami berharap pemerintah dapat melakukan intervensi dengan memberikan subsidi kedelai.
Begitu juga pengusaha tahu lainnya, Aan mengaku bahwa dirinya merasa terpukul harga kedelai impor melambung tinggi sehingga terpaksa merumahkan karyawannya sebanyak 15 orang, karena tidak mampu membayar upah buruhnya.
Saat ini, mereka pengusaha tahu yang penting bisa bertahan produksi untuk melayani masyarakat.
"Kami saat ini hanya dua orang yang bekerja, karena biaya produksi cukup tinggi dibandingkan keuntungan.
Sementara itu, Ending, seorang pengusaha tempe warga Rangkasbitung Kabupaten Lebak mengeluhkan melonjaknya harga kedelai impor sehingga produksi berkurang dan berdampak terhadap pendapatan.
"Kami berharap harga kedelai kembali stabil atau dibantu subsidi.
julian sihite