WahaaNews-Banten | Banten bagian utara sudah masuk musim kemarau.
Ini berdasarkan hasil pemantauan BMKG.
Baca Juga:
BMKG Hang Nadim: Kota Batam Berpotensi Hujan Sepanjang Hari Ini
BMKG memantau terhadap 699 Zona Musim (ZOM) hingga akhir Mei 2023.
Berdasarkan hasil pemantauan, sebanyak 28 persen (194 ZOM) di wilayah Indonesia sudah masuk periode musim kemarau.
Sementara itu, 56 persen wilayah lainnya (392 ZOM) masih mengalami musim hujan.
Baca Juga:
Hingga 25 November: Prediksi BMKG Daerah Ini Berpotensi Cuaca Ekstrem
BMKG mengingatkan potensi ancaman EL Nino.
El Nino adalah fenomena pemanasan Suhu Muka Laut (SML) di atas kondisi normal yang terjadi di Samudra Pasifik bagian tengah dan timur.
Adanya pemanasan SML itu mengakibatkan bergesernya potensi pertumbuhan awan dari wilayah Indonesia ke wilayah Samudra Pasifik tengah sehingga akan mengurangi curah hujan di wilayah Indonesia.
"Kombinasi dari fenomena El Nino dan IOD Positif yang diprediksi akan terjadi pada semester II 2023 dapat berdampak pada berkurangnya curah hujan di sebagian besar wilayah Indonesia selama periode musim kemarau 2023," ungkap Kepala Badan BMKG Dwikorita Karnawati
"Bahkan sebagian wilayah diprediksi akan mengalami curah hujan dengan kategori Bawah Normal (lebih kering dari kondisi normalnya) hingga mencapai hanya 20 mm per bulan dan beberapa wilayah mengalami kondisi tidak ada hujan sama sekali (0 mm/bulan)," sambungnya.
Lebih lanjut, Dwikorita mengatakan, ada sejumlah langkah strategis yang bisa dilakukan, yaitu dengan mengoptimalkan penggunaan infrastruktur pengelolaan sumber daya air seperti waduk, bendungan, embung, dan sebagainya untuk menyimpan air di sisa musim hujan agar dapat dimanfaatkan pada periode musim kemarau.
Langkah tersebut dilakukan untuk mengurangi risiko kekurangan air baik bagi kebutuhan masyarakat maupun untuk kebutuhan pertanian.
Selain itu, Dwikorita mengatakan, pihaknya akan lebih melakukan upaya pencegahan dan mensiagakan upaya penanggulangan kebakaran hutan dan lahan untuk mengantisipasi meningkatnya potensi karhutla, terutama wilayah atau provinsi yang rawan terjadi kebakaran hutan dan lahan.
"Upaya pencegahan harus lebih ditekankan dibandingkan pemadaman karena langkah ini lebih efektif untuk menghindari dampak yang luas. Pengetahuan dan pemahaman masyarakat perlu terus ditingkatkan dalam memahami pengelolaan hutan dan lahan, potensi ekonomi lokal dan pengolahan hasil produksi hutan dan lahan menjadi bernilai tambah," ujarnya.
"BMKG sendiri terus melakukan pemantauan untuk mendeteksi titik panas atau hot spot menggunakan satelit. Jika BMKG mendeteksi potensi karhutla maka secara resmi BMKG akan mengeluarkan peringatan dini," tambah dia.
Antisipasi Musim Kemarau di Banten
Pemerintah Provinsi Banten mengantisipasi potensi kekeringan akibat dampak dari cuaca ekstrem.
Puncak musim kemarau di Provinsi Banten akan terjadi pada Agustus 2023.
'Tanah Jawara', julukan Provinsi Banten akan mengalami curah hujan lebih kering dalam tiga dekade terakhir.
"Pertama kemarin kita sudah lakukan apel kesiapsiagaan bencana, jadi alat-alat yang kita punyai mungkin sistem pompa, mobil tangki pengangkut air itu sudah kita persiapkan begitu juga dengan kabupaten kota," ujar Pj Gubernur Banten, Al Muktabar saat ditemui di Pendopo Gubernur Banten, Selasa (6/6/2023).
Untuk mengantisipasi terjadi gagal panen, akibat dampak kekeringan, kata dia, Pemprov Banten akan
memetakan di mana saja titik sebaran kawasan pertanian di Banten yang berpotensi terdampak.
"Kami lihat titik-titik tertentu sebaran kawasan pertanian yang beririgasi permanen, perbaikan tanggul terus kita dorong baik itu melalui partisipasi masyarakat langsung maupun program pemerintah," ujarnya.
Dia berharap potensi kekeringan di Banten tak terlalu parah.
"Ini kan alam kita tidak tau persis perhitungan alamnya, walaupun tetap harus kita antisipasi, kita mempersiapkannya. Keilmuan menunjukan prediksi-prediksi, ramalan-ramalan bagian dari dasar kita mengambil kebijakan untuk mempersiapkan segala sesuatunya," tambahnya.
Agustus 2023 Puncak Musim Kemarau
Puncak musim kemarau di Provinsi Banten akan terjadi pada Agustus 2023.
'Tanah Jawara', julukan Provinsi Banten akan mengalami curah hujan lebih kering dalam tiga dekade terakhir.
Hal itu diungkap oleh Kepala Balai Besar Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BBMKG) Wilayah II, Hartanto.
"Peluang kejadian curah hujan di bawah normal atau kategori lebih kering dari biasanya," tuturnya dalam keterangan yang diterima pada Rabu (31/5/2023).
Berdasarkan monitoring awal musim kemarau Dasarian II bulan Mei ini, Provinsi Banten bagian utara sudah memasuki musim kemarau.
Adapun daerahnya yakni Kota Cilegon, Kabupaten Serang bagian utara, Kota Serang bagian utara, Kota Tangerang bagian selatan, Kota Tangerang Selatan. Kemudian, Kabupaten Tangerang bagian tenggara, Kabupaten Tangerang bagian utara, dan Kota Tangerang bagian utara.
"Hasil Pengamatan El Nino dan IOD menunjukan positif, yang berarti penurunan curah hujan di wilayah Indonesia," ujar dia.
Sedangkan kondisi hujan bulanan pada periode bulan Juni hingga Oktober untuk wilayah Banten diprakirakan berada pada kategori rendah atau 0-100 mm/bulan.
Dampaknya, lanjut Hartanto, akan adanya potensi kekeringan di wilayah Banten yang lebih kering sejak 33 tahun lalu.
"Masyarakat harus waspada musim kemarau yang lebih kering dibandingkan musim kemarau dalam tiga dekade terakhir atau sejak 1990-an," ungkap Hartanto.
Hartanto meminta kepada pemerintah dan masyarakat untuk berupaya mengurangi risiko bencana kekeringan sebagai bentuk mitigasi.
Seperti, kata Hartanto, kekurangan air bersih dan gagal panen yang bisa memicu terganggunya ketahanan pangan.
Hartanto menyarankan, pemerintah dan masyarakat melakukan penyimpanan air pada masa peralihan musim hujan ke musim kemarau untuk memenuhi danau, waduk, embung kolom retensi dan penyimpanan air buatan lainnya.
"Masyarakat tidak perlu panik dengan isu El Nino namun tetap mengikuti perkembangan informasi iklim dari BMKG," tandasnya.[ss]