“Kedua adalah American Creed yang dibuat oleh William Taylor 3 April 1918, dimana mempercayai Amerika berdiri berdasarkan kebebasan, namun tetap mempertahankan persatuan kesatuan, ini sejalan dengan prinsip Steve Jobs, Mark Zuckenberg dan Bill Gates dimana visioner, tepat guna dan tidak berhenti berinovasi menjadi,” terangnya.
Alasan bagi mereka untuk dapat sukses di bidang masing-masing, bagaimana Pancasila dapat diejawantahkan hingga kita bisa meraih masa depan yang lebih baik.
Baca Juga:
Akhiri Kesalahpahaman, Keakraban Japto-Hercules Satukan Pemuda Pancasila dan GRIB
“Agar Pancasila tidak hanya terlibat dalam diskusi-diskusi retorika namun benar benar tepat guna dalam perkembangan bangsa,” tuturnya.
Staf khusus BPIP Antonius Benny Susetyo menyatakan bahwa Soekarno mampu membawa Pancasila sebagai pemersatu bangsa.
“Namun dalam perkembangannya Pancasila juga digunakan sebagai alat represi penguasa di era Presiden kedua Soeharto, hingga terjadi trauma pada masa reformasi yang menganggap Pancasila sebagai kepanjangan tangan kesewenang-wenangan penguasa,” terangnya.
Baca Juga:
Pemuda Pancasila Dorong Generasi Muda Jadi Pengusaha Melalui Diklat Kopi Nusantara
Sementara, dalam era Presiden Joko Widodo, Pancasila hendak dikembalikan menjadi kenyataan hidup berbangsa dan bernegara yaitu menjadi living and working ideology.
“Pancasila merupakan kapital kita sebagai bangsa dalam berkehidupan sehari-hari khususnya di masa ini dalam menghadapi Covid-19. Working Ideology yang dilaksanakan dibuktikan dengan kian sempitnya jurang-jurang perbedaan diantara masyarakat Indonesia seperti dalam aspek sarana prasarana hingga dikotomi Jawa dan luar Jawa tidak lagi menjadi isu karena ada usaha pemerataan pembangunan,” jelasnya.
Pelaksanaan Pancasila, masih kata dia, sebagai working ideologi tidak mudah karena kita menghadapi situasi geopolitik yang tidak menentu.