Banten.WahanaNews.co, Lebak - Masyarakat Kecamatan Cimarga, Kabupaten Lebak, Provinsi Banten, yang menjadi korban pergerakan tanah mewaspadai hujan lebat disertai angin kencang dan petir.
"Sekarang, masyarakat di sini sangat ketakutan rumah ambruk, menyusul curah hujan tinggi, terlebih pada malam hari," kata Anda (45), seorang warga Desa Sidomanik Kabupaten Lebak, Rabu (31/01/24).
Baca Juga:
Dinas PUPR Kota Tangerang Pastikan 12 Embung Berfungsi Sebagai Pengendali Banjir
Masyarakat yang menjadi korban pergerakan tanah tercatat 41 rumah dan berlangsung selama tiga tahun terakhir ini belum dilakukan relokasi ke tempat yang lebih aman.
Saat ini, kata dia, curah hujan cukup tinggi dengan intensitas lebat disertai angin kencang dan petir.
Karena itu ia bersama warga lainnya meningkatkan kewaspadaan, sebab khawatir ada pergerakan tanah yang menyebabkan rumah roboh.
Baca Juga:
Pemkab Aceh Barat Salurkan Bantuan untuk Korban Angin Kencang di Woyla
"Kami Selasa (30/1) malam mendengar suara krek, krek, langsung berhamburan ke luar rumah," kata Anda yang menempati rumah bersama isteri dan tiga anak itu.
Begitu pula Mimi (60), warga Jampang Cikuning, Desa Sidomanik, Kabupaten Lebak, mengaku jika curah hujan meningkat dengan intensitas lebat disertai angin kencang terpaksa keluar rumah guna menghindari bencana.
Apalagi kondisi rumah miliknya yang dihuni oleh enam orang itu, banyak ditemukan retak-retak, ditambah bagian atapnya sudah rapuh akibat terdampak pergerakan tanah.
Sementara itu Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Lebak Febby Rizki Pratama mengatakan masyarakat yang tinggal di daerah rawan bencana agar meningkatkan kewaspadaan guna mengurangi risiko bencana hidrometeorologi.
"Selama ini curah hujan tinggi dan bisa berlangsung antara dua sampai empat jam, bahkan intensitas lebat disertai angin kencang," katanya.
Masyarakat terdampak pergerakan tanah di Kampung Jampang Cikuning, Kecamatan Cimarga, yang masih tinggal di lokasi tersebut mencapai 41 rumah. Sedangkan 74 rumah sudah dilakukan relokasi ke tempat yang lebih aman.
"Kami sudah menawarkan pada warga yang memiliki 41 rumah itu untuk direlokasi, namun jawabnya menolak dengan alasan lokasinya berjauhan," kata Febby.
[Redaktur: Sutrisno Simorangkir]