Orang-orang biasanya mengunjungi kuil pada hari ketiga Tahun Baru Imlek untuk menyalakan dupa dan berdoa kepada dewa. Hal ini dilakukan untuk meminta berkah dan keberuntungan di tahun depan.
Banyak juga kuil besar yang akan menampilkan tarian naga dan singa yang meriah di halaman mereka.
Baca Juga:
Gelar Naker Expo, Kemnaker Sediakan Puluhan Ribu Lowongan Pekerjaan di Tiga Kota
Makan suguhan meriah
Tahun baru tentu tidak lengkap tanpa adanya pesta dan aneka suguhan. Tradisi inilah yang paling bervariasi di berbagai negara.
Di Tiongkok utara, orang-orang akan menyiapkan jiaozi (pangsit). Pangsit yang berbentuk seperti mata uang kuno ini melambangkan keberuntungan untuk tahun baru.
Baca Juga:
Sudinkes Jakarta Barat Ingatkan Rumah Sakit Terus Terapkan Pelayanan Berbasis Hospitality
Bagi kelompok Tsagaan Sar di Mongolia, tumpukan kue kering adalah hidangan utama. Kue scone berbentuk bulat panjang disusun untuk membangkitkan Gunung Sumeru, gunung berpuncak lima yang penting bagi agama Hindu, Jain, dan Buddha.
Sementara, orang-orang makan Korea akan menikmati tteokguk (sup kue beras) saat Seollal. Kuahnya yang bening melambangkan awal yang segar dan cerah untuk tahun baru, sementara kue beras yang menyerupai koin menawarkan kemakmuran.
Makanan lain seperti jeruk mandarin, manisan buah-buahan, dan ikan juga sering dimakan, dipajang, atau dihadiahkan di berbagai budaya yang merayakan Tahun Baru Imlek. [rda]