Banten. WahanaNews.co - BPBD Lebak mengajukan teknologi modifikasi cuaca (TMC) untuk mengantisipasi puncak musim kemarau yang diperkirakan pada September mendatang. Kepala BPBD Lebak Febby Rizky Pratama mengatakan TMC bertujuan menurunkan hujan agar kebutuhan warga akan air terpenuhi.
"Kita berkoordinasi dengan Pemprov mendorong dilakukan TMC di wilayah Banten khususnya di Lebak," kata Kepala BPBD Lebak Febby Rizky Pratama kepada wartawan saat dimintai konfirmasi, Rabu (24/8/2023).
Baca Juga:
Bukan Heatwave, BMKG Ungkap Pemicu Utama Naiknya Suhu Udara di Tanah Air
Febby menjelaskan, saat ini sudah ada 15 desa yang melaporkan terdampak bencana kekeringan. Dampak kekeringan bisa semakin luas ketika puncak musim kemarau terjadi.
"Tren yang terus meningkat dan hari tanpa hujan semakin panjang. Kita prediksi, kalau tidak ada rekayasa, akan lebih luas lagi dampak kekeringannya dan sumber air yang tadinya dipakai masyarakat bisa menjadi kering," tuturnya.
"Misal sumur yang masih ada air, tapi kalau terus kemarau begini, bisa kering," imbuh dia.
Baca Juga:
BMKG: Aceh Masuki Musim Kemarau, Masyarakat Diimbau Waspada Karhutla
Kata Febby, jika TMC dilakukan, wilayah selatan Lebak akan lebih dahulu diprioritaskan. Wilayah itu antara lain Cihara, Panggarangan, Bayah, dan Cilograng.
"Karena memang daerah susah air kayak Cihara, Panggarangan, Bayah, Cilograng susah sekali air. Ada sungai, tapi cukup jauh," jelasnya.
Saat ini, lanjut Febby, relawan di setiap kecamatan sedang menggencarkan sosialisasi pemanenan air hujan hasil TMC. Sosialisasi ini diperlukan mengingat baru pertama kali dilakukan di Lebak.