Menurutnya, proyek pengolahan sampah kota jadi bahan baku co-firing di Cilegon tersebut merupakan proyek percontohan yang bisa diimplementasikan di wilayah lain.
"Kami saat ini sudah menyiapkan lahan 6.000 hektare untuk bisa mengembangkan industri BBJP.
Baca Juga:
Kemen PPPA Tegaskan Komitmen Lindungi Korban Kekerasan Seksual dengan Regulasi dan Layanan Terpadu
Kami sudah mulai uji coba dari April tahun lalu dan Desember kami bisa produksi jumputan padat untuk mengganti kebutuhan batu bara," ungkapnya Helldy menambahkan penggunaan sampah tersebut mampu mensubstitusi lima persen kebutuhan batu bara di PLTU Suralaya.
"Kami olah sampah pasar, sampah rumah tangga ini untuk jadi jumputan padat. Ini merupakan langkah strategis untuk sekaligus mengurangi emisi karbon dan mengurangi sampah di Kota Cilegon demi kebersihan lingkungan," ujarnya.
Sementara itu, Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi Kementerian ESDM Dadan Kusdiana menjelaskan Indonesia sebagai negara agraris mempunyai potensi pengembangan biomassa yang besar.
Baca Juga:
Datangi Polres Malang Kota, Puluhan Kyai dan Ulama Suarakan Netralitas APH
Selain itu, pemanfaatan biomassa tersebut juga bukan hanya berasal dari tanaman energi saja tetapi juga dari pengelolaan sampah kota.
"Langkah PLN dalam mengajak semua pihak dalam hal ini terutama stakeholder Pemda untuk terlibat langsung dalam pengelolaan biomassa harus terus didukung," katanya.
PLN menerapkan teknologi co-firing pada 52 PLTU yang total kapasitasnya18 gigawatt (GW), di mana kebutuhan pasokan bahan bakar biomassa yang akan mensubstitusi sebagian batubara pada tahun 2025 sebesar 10,2 juta ton per tahun.