Penurunan angka stunting didukung oleh fasilitas kesehatan (faskes) seperti rumah sakit, Puskesmas dan Posyandu yang telah memadai. Ditambah juga dengan jumlah alat kesehatan seperti antropometri kit serta USG di Posyandu dan Puskesmas hampir semua sudah terpenuhi.
Untuk mendukung upaya penurunan stunting, Pemerintah Kota Tangerang Selatan juga berupaya untuk mengatasi kemiskinan yang berada di wilayah tersebut.
Baca Juga:
Momen Mengharukan di Banten, Siswi SD Pilih Bawa Pulang Makanan Bergizi untuk Ibu di Rumah
Dilansir dari Health Liputan6.com, kondisi penduduk miskin ekstrem di Kota Tanggerang mengalami penurunan yang signifikan yaitu pada tahun 2020 berada di kisaran 2,29 persen dan pada tahun 2021 menjadi 0,26 persen.
Kemudian Kota Tangerang juga mengalami penurunan cukup signifikan. Berdasarkan data SSGI 2021 prevalensi stunting sebesar 15,3 persen, lalu di tahun 2022 menjadi 11,8 persen.
Upaya yang dilakukan di antaranya, memberikan intervensi spesifik kesehatan sejak dari remaja, calon pengantin, ibu hamil, bayi dan balita. Jumlah fasilitas kesehatan, tenaga kesehatan dan sarana kesehatan juga sudah mumpuni.
Baca Juga:
Demi Rafathar, Raffi Ahmad Terbang Pakai Helikopter untuk Hadiri Acara Sekolah
Tren kemiskinan ekstrem di Kota Tanggerang juga mengalami penurunan, dari 1,61 persen di tahun 2021 menjadi 0,75 persen di 2022.
Masih Butuh Alat USG dan Antropometri
Di Kota Cilegon, sesuai data SSGI pada tahun 2022, angka stunting sebesar 20 persen. Berbagai upaya penurunan stunting dilakukan dengan pemenuhan gizi ibu dan bayi.