Ia juga menggarisbawahi pentingnya keterlibatan masyarakat lokal dalam proses pembangunan, agar manfaatnya dirasakan secara langsung oleh warga sekitar.
"Jangan sampai kawasan sebagus ini hanya dinikmati segelintir investor. Perlu ada konsep pemberdayaan komunitas lokal, pemandu wisata, UMKM, homestay, dan pelatihan ekowisata, agar kawasan ini tumbuh inklusif dan berkeadilan," ungkapnya.
Baca Juga:
Bapenda Banten Kejar Penunggak Pajak Kendaraan hingga Parkiran Stasiun
Tohom yang juga Ketua Aglomerasi Watch ini menyatakan bahwa integrasi kawasan Tahura ke dalam peta besar pembangunan aglomerasi wisata nasional sangat relevan.
"Kawasan ini berada dalam radius strategis dari Jakarta dan Serang. Jika konektivitas dan daya tariknya diperkuat, ia bisa menjadi simpul wisata alam unggulan dalam jaringan aglomerasi pariwisata Jawa bagian barat," jelasnya.
Ia menambahkan, revitalisasi yang dirancang secara holistik, dari infrastruktur jalan, fasilitas pengunjung, hingga sistem mitigasi bencana seperti longsor, akan menjadikan Curug Putri sebagai model nasional pengembangan wisata berbasis konservasi.
Baca Juga:
Lebih Dua Pekan Warga Cikande Terpapar Radiasi Tenggak 16 Butir Prussian Blue Tiap Hari
Sebelumnya, Gubernur Banten Andra Soni menempuh perjalanan menantang sejauh empat kilometer menuju Curug Putri.
Ia menyusuri jalan setapak terjal, licin, dan rawan longsor. Di beberapa titik, pagar pengaman yang ada sudah rusak dan berkarat.
Bahkan, rombongan harus berjalan kaki menyusuri sungai untuk mencapai kawasan curug.