Tohom yang juga Ketua Aglomerasi Watch menambahkan, konektivitas transportasi merupakan salah satu faktor kunci dalam pengembangan kawasan aglomerasi Jabodetabekser-Banten. Menurutnya, keberhasilan reaktivasi jalur Rangkasbitung-Pandeglang dapat memberi efek berantai dalam membentuk pola baru mobilitas dan aktivitas ekonomi masyarakat.
“Dalam perspektif aglomerasi, rel ini bukan hanya menghubungkan kota-kota, melainkan juga membuka jejaring ekonomi baru. Dari KEK Tanjung Lesung, potensi spillover ekonominya bisa menjalar ke Lebak, Pandeglang, hingga Serang,” ungkap Tohom.
Baca Juga:
MARTABAT Prabowo–Gibran Dorong Kolaborasi Lintas Sektor untuk Masa Depan Danau Toba Berkelanjutan
Ia juga mengingatkan bahwa pengaktifan kembali jalur ini harus dibarengi dengan strategi keberlanjutan.
Menurutnya, pemerintah daerah bersama Kementerian Perhubungan dan PT KAI perlu memastikan integrasi moda transportasi agar manfaatnya maksimal.
“Kereta harus terkoneksi dengan moda darat lain. Jangan sampai jalur ini hanya menjadi nostalgia sejarah, tetapi harus benar-benar menjadi penggerak ekonomi baru,” pungkas Tohom.
Baca Juga:
InJourney Airports Permak Bandara Soekarno-Hatta, MARTABAT Prabowo–Gibran Sebut Kawasan Aglomerasi Jabodetabekjur Kota Global Buat Semua Kalangan
Sejalan dengan itu, Kepala Dinas Perhubungan Provinsi Banten, Tri Nurtopo, memastikan proses reaktivasi akan segera berjalan.
Ia menyebut pemerintah sudah menyiapkan tahapan penertiban lahan mulai 2026 sebagai langkah awal sebelum pembangunan fisik.
“Sudah ada titik terang reaktivasi jalur Rangkasbitung-Pandeglang. Dirjen Perkeretaapian memastikan insyaallah penertiban lahan bisa dimulai tahun depan,” kata Tri.