Kini, lokasi eks lapangan golf pak Domo itu dikenal sebagai Pantai Bugel dan masih dijaga oleh sejumlah petugas keamanan. Tak diketahui apakah lahan itu masih dimiliki oleh keluarga Pak Domo atau tidak.
Yang jelas, saat ini lahan itu sangat bermanfaat bagi warga setempat karena dijadikan lokasi untuk mengais rezeki sebagai pedagang. Mereka menjual air mineral, makanan ringan, kopi dan teh pada tamu-tamu yang datang menikmati indahnya Pantai Bugel.
Baca Juga:
Batara Ningrat Simatupang, Pendekar Ekonomi yang Tak Henti Mengais Ilmu
Walaupun begitu, di lokasi tersebut, kita masih bisa melihat sisa-sisa kemegahan golf club. Disejumlah tempat masih terlihat bekas sprinkel atau penyiram rumput otomatis merek Rain Bird.
Tata pertamanan juga terlihat pernah diterapkan di lokasi itu karena sejumlah tanaman hias masih tumbuh hingga kini. Dibeberapa sudut kita juga bisa melihat boks bekas pengatur laju air pada sprinkel dan rumput jepang yang tumbuh subur bergerombol.
Di danau, kita masih bisa melihat tanaman teratai yang tumbuh subur dengan bunga warna merah jambu dan putih. Oh ya, sekira dua tahun lalu, bila berkunjung ke pantai ini kita masih sering dimarahi oleh petugas keamanan bila ketahuan menginjak rumput.
Baca Juga:
Sederet Kebijakan Rizal Ramli untuk RI yang Patut Diapresiasi
Namun sejak akses ke pantai tersebut lebih terbuka setahun terakhir, larangan itu tak dikeluarkan lagi lantaran jumlah pengunjung yang makin meningkat.
Selain itu, sesuai namanya, disejumlah tempat kita juga bisa melihat pokok-pokok pohon cemara yang ditanam. Pohon dengan akar yang kuat itu menjadi peneduh untuk melawan teriknya matahari.
“Dulu tamu yang datang biasanya menggunakan mobil bagus dengan ban tinggi. Soalnya akses jalannya jelek dan harus melewati Citereup, kemudian menuju Marapat Cigeulis. Jarak tempuhnya dari Marapat ke Bugel saja bisa satu jam lebih karena jalannya berkelok-kelok dan banyak tanjakan,” kenangnya.