Banten. WahanaNews.co - PLN Energi Primer Indonesia (PLN EPI) bekerja sama dengan PT Krakatau Bandar Samudera (KBS) melakukan uji coba pengapalan dari fasilitas pencampuran batu bara (Shipment Coal Handling & Blending Facility) di Pelabuhan Krakatau Steel, Cilegon, Banten.
Fasilitas Pencampuran Batu Bara (Coal Blending Facility/CBF) ini merupakan teknologi yang paling strategis untuk menjamin pasokan batu bara ke pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) dan juga membuat operasional pembangkit lebih efisien, kata Direktur Utama PLN EPI Iwan Agung Firstantara dalam keterangan di Jakarta, Rabu.
Baca Juga:
PLN Mendapat Apresiasi atas Respons Cepat Pulihkan Kelistrikan di Layanan Publik Bali
Iwan Agung menjelaskan PLN EPI sebagai subholding PT PLN (Persero) melakukan berbagai upaya untuk menjaga pasokan energi primer, mengingat tugas utama perusahaan sebagai penjamin rantai pasok energi primer ke pembangkit. Salah satunya adalah dengan memperkuat rantai pasok batu bara ke PLTU.
Lewat pengembangan CBF ini membuat kepastian pasokan batu bara dengan kalori yang ada cukup dan mampu diserap oleh pembangkit lewat pencampuran terlebih dahulu.
"Melalui Coal Blending Facility dapat memberikan value creation dimana coal blending memungkinkan PLTU untuk mendapatkan spesifikasi batu bara yang optimum sesuai dengan standar kebutuhan boiler," kata Iwan.
Baca Juga:
Gubernur Bali Apresiasi Gerak Cepat PLN Atasi Gangguan Kelistrikan
Iwan juga menjelaskan uji coba pengapalan batu bara yang dilakukan di Cilegon ini langsung dikirim ke PLTU Jawa 7. Dari hasil uji coba menunjukkan butuh waktu 8 jam perjalanan, sehingga proses loading dan unloading batu bara ke pembangkit lebih efisien.
Manfaat utama dengan adanya CBF yang dekat dengan lokasi pembangkit, akan memberikan rasa aman bagi PLTU (security of supply) baik dari segi kualitas maupun kuantitas.
Iwan menjelaskan PLTU Jawa 7 selama ini membutuhkan batu bara dengan kapasitas 680 ribu metrik ton per bulan. Selama ini, kebutuhan batu bara PLTU Jawa 7 ada di kalori 4.800. Dengan adanya CBF ini, maka sumber batu bara dengan peringkat kalori rendah (low rank coal) dari pemasok bisa dilakukan pencampuran dengan batu bara kalori lebih tinggi, sehingga mendapatkan kalori yang sesuai.