WahanaNews.co - Banten | Dalam rangka penguatan mitigasi gempa bumi dan tsunami di wilayah Provinsi Banten, Karoops Polda Banten Kombes Pol Amiludin Roemtaat mengikuti rapat koordinasi melalui zoom meeting, di ruang crisis center Polda Banten pada Senin (14/2/22).
Rapat koordinasi ini dipimpin oleh Gubernur Banten dan dihadiri oleh Kepala BMKG Profesor Ir. Dwikorita Karnawati, Danrem 064/MY Banten, Danrem 052/Wijaya Krama, Kepala Kejaksaan Tinggi Banten, Ketua Pengadilan Tinggi Banten serta seluruh Kepala organisasi Perangkat Daerah (OPD) Provinsi Banten.
Baca Juga:
Banten Fokuskan Pengendalian Stunting dan Gizi Buruk
Karoops Polda Banten Kombes Pol Amiludin Roemtaat mengatakan tujuan dilaksanakan rapat koordinasi untuk meningkatkan kewaspadaan, menentukan langkah-langkah apabila terjadi bencana alam gempa bumi, tsunami dan tanah longsor dan melaksanakan sosialisasi kepada masyarakat secara bersama-sama,
"Rakor ini membahas mengenai langkah-langkah apabila terjadi bencana alam gempa bumi, tsunami dan tanah longsor,"ujar Amiludin Roemtaat.
Amiludin Roemtaat mengatakan pada kesempatan rakor ini Kepala BMKG menyampaikan bahwa dalam penguatan mitigasi gempa bumi dan tsunami di Provinsi Banten untuk menjamin keselamatan dan mendukung keberlangsungan usaha.
Baca Juga:
Pj Gubernur Banten Pantau Langsung PPDB, Sebut Tak Ada Kendala Teknis
"Pemerintah Provinsi Banten agar menindaklanjuti 12 indikator dan meninjau dilapangan serta dilaksanakan uji coba rencana kontijensi dan SOP bersama mitigasi bencana,"kata Amiludin Roemtaat.
Amiludin Roemtaat menyampaikan 12 indikator komponen penguatan mitigasi gempa bumi dan tsunami,
"Hasil pembahasan 12 indikator dalam penguatan mitigasi bencana yaitu pertama mengidentifikasi potensi bahaya gempa bumi dan tsunami, kedua mengidentifikasi jumlah penduduk yang berada di wilayah terpapar, ketiga mengidentifikasi sumber daya untuk pengurangan resiko bencana, keempat menyiapkan rencana dan sarana evakuasi jalur, rambu, sirine, titik kumpul dan tempat evakuasi Tempat Evakuasi Sementara (TES) dan tempat evakuasi Akhir (TEA), Kelima menegakan aturan bangunan tahan gempa, keenam menggencarkan sosialisasi untuk masyarakat dan siswa sekolah, ketujuh menggencarkan gerakan tas siaga bencana, kedelapan melakukan latihan evakuasi gempabumi dan tsunami untuk masyarakat dan siswa sekolah secara rutin, selanjutnya kesembilan menyiapkan jaringan informasi dan komunikasi untuk menerima dan menyebarluaskan informasi gempa dan peringatan dini tsunami dengan cepat, kesepuluh memiliki command centre, kesebelas memiliki rencana operasi darurat rencana kontigensi dan SOP bersama, dan yang terakhir menata ruang atau wilayah berbasis risiko gempa dan tsunami," ujar Amiludin Roemtaat.