"inilah inti dari pertemuan dengan LBP dan Elon Musk di Amerika kemarin," kata Denny.
Elon Musk adalah pemilik Brand mobil listrik Tesla, ketika dunia beralih dan mobil berbahan bakar minyak ke listrik. Maka, permintaan mobil listrik dunia pun semakin meningkat dan mobil listrik butuh baterai untuk menyerap dan mendistribusikan arus listriknya di dalam mobil.
Baca Juga:
Kenang Ryanto Ulil, Brigjen TNI Elphis Rudy: Saya yang Antar Dia Jadi Polisi, Kini Antar ke Peristirahatan Terakhir
Dan salah satu komponen terpenting dalam membuat baterai nikel. Kita punya nikel tapi kita nggak punya pabrik baterai untuk mobil listrik di sini lah Jokowi bermain.
Ketika Elon Musk pertama kali berhubungan dengan pemerintah Indonesia, dia bilang bahwa dia butuh nikel setengah jadi untuk pabrik baterai mobil Teslanya. Tapi yaitu dia hanya butuh setengah jadinya aja. Sedangkan pabrik baterainya dia pengen buat di Australia dengan segala macam alasannyalah.
Nanti sesudah diproses di Australia, baru baterainya di ekspor atau dijual kembali ke Indonesia.
"Ya jelas Jokowi nggak mau" kata Denny dengan nada tegas.
Baca Juga:
OTT di Bengkulu, KPK Amankan 8 Pejabat dan Sita Sejumlah Uang Tunai
"Dia nggak mau Indonesia cuma jadi negara konsumen aja, bukan produser. Maka dia terapkan syarat ke Elon Musk, kalau lu Musk pengen jualan baterai listrik lu di sini, buat pabriknya disini. Kami sediakan nikelnya kami sediakan lahan untuk bangun pabriknya, lu bawa teknologi kalian ke negara ini." Paparnya.
Denny menyebut Elon Musk sempat tidak setuju dengan keputusan Jokowi ini.
"Elon Musk awalnya enggak mau, ya biar ngambek dan keluar dari kesepakatan itu, ngambeknya itu sebenarnya bagian dari Bargening Elon Musk aja, miriplah seperti emak emak ketika belanja dan pura-pura pergi supaya Dipanggil lagi sama abang sayur. "Mak mak, Iya deh mak sini, sini... 2000 ambillah," ternyata dalam perdagangan tingkat dunia pun metode emak-emak dan tukang sayur itu masih juga," kata Denny sambil tertawa.