Tohom, yang juga menjabat sebagai Ketua Aglomerasi Watch ini menggarisbawahi bahwa konektivitas antarkawasan menjadi elemen kunci untuk memperkuat posisi Rangkasbitung dalam aglomerasi pariwisata Banten.
“Jalur rel Jakarta–Merak, tol Serang–Panimbang, dan akses ke Tanjung Lesung harus dimaksimalkan. Dengan begitu, wisatawan tidak hanya datang ke satu titik, tapi bisa menyusuri seluruh koridor wisata selatan Banten,” terangnya.
Baca Juga:
Potensi Perpecahan Tinggi, MARTABAT Prabowo-Gibran Imbau Masyarakat Kawasan Otorita Danau Toba Bentuk 7 Kabupaten/Kota dan 300 Desa Baru Ketimbang Provinsi Tapanuli
Ia menilai, pembangunan aglomerasi pariwisata ini juga akan memperkuat daya saing regional Indonesia menghadapi persaingan destinasi wisata ASEAN.
“Dengan konten lokal yang kuat dan akses infrastruktur yang solid, kita bisa menampilkan wajah Banten yang baru, modern tapi tetap berakar pada warisan budaya dan alam,” tambahnya.
Semakin Dilirik
Baca Juga:
KAI Umumkan Susunan Pengurus Baru, Siap Bersinergi dengan Pemerintah
Kabupaten Lebak, khususnya Rangkasbitung, kini semakin dilirik sebagai destinasi wisata baru yang menawarkan ragam pengalaman bagi wisatawan.
Dari wisata sejarah di Museum Multatuli, ketenangan rohani di Gua Maria Bukit Kanada, hingga keindahan alam Cikuda Lake, kawasan ini kian menunjukkan potensinya.
Bahkan, kawasan wisata terpadu seperti Desa Pasirtanjung dan Yasmin Farm di Cinihni sudah mulai menarik kunjungan keluarga dan pelajar untuk wisata edukasi berbasis alam.