BANTEN.WAHANANEWS.CO, Pandeglang - Di sudut dermaga Kampung Nelayan, Desa Citeurup, Pandeglang, Banten, tampak seorang penarik kapal motor penyeberangan ke Pulau Liwungan duduk dengan tatapan mata nanar. Di bawah terik siang itu, ia mulai bercerita tentang kisah hidupnya—entah bermaksud mengadu kepada saya, atau kepada Tuhannya.
Lelaki paruh baya itu masih asyik menghisap rokok ketika saya hampiri. Tak ada kata-kata yang keluar dari sudut bibirnya. Tatapan matanya tampak kosong memandang lalu lalang para penumpang kapal motor milik kolega, sambil sesekali menyeka keringat yang menetes ke kapal motornya yang telah usang dimakan usia.
Baca Juga:
Soal Capim KPK Berlatar Penegak Hukum, KSP: Jangan Over Sensitif
Sedetik kemudian dia mematikan rokok lalu menyelipkan sisa batangnya ke celah antara kuping dan kepala. Dari wajah legamnya tersungging gigi putih ketika dengan sopan menawarkan kepada saya tumpangan ke Pulau Liwungan yang berjarak sekitar 2,4 km di seberang dermaga.
“Ayo Mas, mumpung lagi ada promo, cukup 150 ribu bolak balik.” ujarnya.
Namanya Abah Adok. Usia sekitar 50-an, menurut pengakuannya. Sambil mengayunkan kemudi kapal kayu ke kiri dan kanan, mengalirlah beberapa cerita dari Abah. Rupanya dia fasih berkisah, dari perjalanan masa kecil hingga kisah bencana dahsyat tsunami Selat Sunda akhir tahun 2018 silam.
Baca Juga:
KSP Kawal Kasus Pembakaran Rumah Wartawan Rico Pasaribu
Musibah yang menelan korban ratusan jiwa termasuk artis Aa Jimmy dan beberapa anggota band Seventeen itu, sedikit banyak menimbulkan trauma pada diri Abah. Tsunami disusul gelombang pandemi Covid-19 setahun kemudian, sangat memukul perekonomian keluarga Abah.
"Dulu sini ramai pelancong, Mas. Tiap hari apalagi saat weekend selalu ada saja yang menyeberang ke Pulau Liwungan. Alhamdulillah dapur rumah aman. Sekarang boro-boro, untuk beli solar saja saya harus memotong jatah istri dan jajan anak-anak, Mas.” katanya.
Menurut publikasi Plt. Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Pandeglang yang dirilis 31 Desember 2021, sejak 2008 hingga 2017 telah terjadi kenaikan pengunjung/wisatawan rata-rata sebesar 10% per tahun. Namun, sejak tsunami dan pandemi atau periode 2018 s.d. 2021 jumlah wisatawan mengalami penurunan tajam sekitar minus 21% per tahun.